Asuhan Kebidanan Ibu Postpartum Di Rumah
A. PENDAHULUAN
Masa nifas adalah masa (kira-kira) 6 minggu) setelah kelahiran bayi (Bahiyatun, 2009).
Masa nifas adalah masa pemulihan alat reproduksi setelah proses persalinan (2 jam setelah kala IV sampai 6-8 minggu kemudian). Kunjungan rumah diberikan 2 minggu postpartum dan dilanjutkan minggu ke-4 sampai ke-6.
Masa nifas adalah masa (kira-kira) 6 minggu) setelah kelahiran bayi (Bahiyatun, 2009).
Masa nifas adalah masa pemulihan alat reproduksi setelah proses persalinan (2 jam setelah kala IV sampai 6-8 minggu kemudian). Kunjungan rumah diberikan 2 minggu postpartum dan dilanjutkan minggu ke-4 sampai ke-6.
B. DEFINISI
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitaranya
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas dimasyarakat. Pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak hanya kepada ibu nifas, akan tetapi pemberian asuhan melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat disekitaranya
C. JADWAL KUNJUNGAN DI RUMAH
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002)
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
Ibu nifas sebaiknya paling sedikit melakukan 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah–masalah yang terjadi. Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik, melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat, serta memberikan pelayanan keluarga berencana (Prawirohardjo, 2002)
Namun dalam pelaksanaan kunjungan masa nifas sangat jarang terwujud dikarenakan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu faktor fisik dan lingkungan ibu yang biasanya ibu mengalami keletihan setelah proses persalinan dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk beristirahat, sehingga mereka enggan untuk melakukan kunjungan nifas kecuali bila tenaga kesehatan dalam hal ini bidan yang melakukan pertolongan persalinan datang melakukan kunjungan ke rumah ibu. Dilihat dari faktor lingkungan dan keluarga juga berpengaruh dimana biasanya ibu setelah melahirkan tidak dianjurkan untuk berpergian sendiri tanpa ada yang menemani sehingga ibu memiliki kesulitan untuk menyesuaikan waktu dengan anggota keluarga yang bersedia untuk mengantar ibu melakukan kunjungan nifas.
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang respek dan kekeluargaan. Tantangan yang dihadapi bidan dalam melakukan pengkajian dan peningkatan perawatan pada ibu dan bayi di rumah pada pelaksanaannya bisa cukup umur, sehingga bidan akan memberi banyak kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir secara kritis untuk meningkatkan suatu pikiran kreatif perawatan bersama keluarga.
1. Perencanaan Kunjungan Rumah
a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah
b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
2. Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat meliputi:
a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d. Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
a. Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien ke rumah
b. Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan bersama anggota keluarga.
c. Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
2. Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan. Tindakan kewaspadaan ini dapat meliputi:
a. Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien
b. Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat perhatikan keadaan disekitar lingkungan rumah klien
c. Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan
d. Beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai (Ambar, 2009).
Kesehatan ibu merupakan komponen yang sangat penting dalam kesehatan
reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi oleh kesehatan
ibu. Apabila ibu sehat maka akan menghasilkan bayi yang sehat yang akan menjadi
generasi kuat. Ibu yang sehat juga menciptakan keluarga sehat dan bahagia.
Jadwal kunjungan rumah paling sedikit dilakukan 4x, yaitu diantaranya :
1. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).
2. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
e. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat (Ambarwati, 2010).
f. Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
g. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
h. Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
i. Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
j. Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
k. Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
l. Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-tanda bahaya,
m. Perjanjian untuk pertemuan berikutnya (Meilani, 2009: 54).
3. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk lebih jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
a. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal (Ambarwati, 2010).
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
e. Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
f. Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
g. Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
h. Keterampilan membesarkan dan membina anak
i. Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
j. Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi (Meilani, 2009: 54-55).
4. Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)
Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi (Ambarwati, 2009: 88).
d. Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB secara dini .
1. Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan)
Kunjungan pertama dilakukan setelah 6-8 jam setelah persalinan, jika memang ibu melahirkan dirumahnya. Kunjungan dilakukan karena untuk jam-jam pertama pasca salin keadaan ibu masih rawan dan perlu mendapatkan perawatan serta perhatian ekstra dari bidan, karena 60% ibu meninggal pada saat masa nifas dan 50% meninggal pada saat 24 jam pasca salin.
Adapun tujuan dari dilakukan kunjungan tersebut ialah :
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
c. Pemberi ASI awal : bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyusui yag baik, mencegah nyeri puting dan perawatan puting (Meilani, 2009: 54)
d. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
e. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut.
f. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil .
g. Perdarahan : bidan mengkaji warna dan banyaknya/ jumlah yang semestinya, adakah tanda-tanda perdarahan yang berlebihan, yaitu nadi cepat dan suhu naik, uterus tidak keras dan TFU menaik.
h. Involusi uterus : bidan mengkaji involusi uterus dan beri penjelasan ke pasien mengenai involusi uterus.
i. Pembahasan tentang kelahiran, kaji perasaan ibu.
j. Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya sentuhan fisik, komunikasi dan rangsangan.
k. Bidan memberikan penyuluhan tentang tanda-tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi dan rencana menghadai kegawat daruratan (Meilani, 2009: 54).
2. Kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
Kunjungan kedua dilakukan setelah enam hari pasca salin dimana ibu sudah bisa melakukan aktivitasnya sehari-hari seperti sedia kala.
Tujuan dari dilakukannya kunjungan yang kedua yaitu :
a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbikalis, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
b. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
c. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
d. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
e. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat (Ambarwati, 2010).
f. Diet : makanan seimbang, banyak mengandung protein, serat dan air sebanyak 8-10 gelas per hari untuk mencegah konstipasi kebutuhan kalori untuk laktasi, zat besi, vitamin A.
g. Kebersihan/ perawatan diri sendiri, terutama putting susu dan perineum.
h. Senam kegel serta senam perut yang ringan tergantung pada kondisi ibu.
i. Kebutuhan akan istirahat : cukup tidur.
j. Bidan mengkaji adanya tanda-tanda post partum blues.
k. Keluarga berencana melanjutkan hubungan seksual setelah selesai masa nifas.
l. Tanda-tanda bahaya : kapan dan bagaimana menghubungi bidan jika ada tanda-tanda bahaya,
m. Perjanjian untuk pertemuan berikutnya (Meilani, 2009: 54).
3. Kunjungan 3 ( 2-4 minggu setelah persalinan)
Kunjungan ke tiga dilakukan setelah 2 minggu pasca dimana untuk teknis pemeriksaannya sama persis dengan pemeriksaan pada kunjungan yang kedua. Untuk lebih jelasnya tujuan daripada kunjungan yang ketiga yaitu :
a. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal (Ambarwati, 2010).
b. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
c. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit
d. Memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari .
e. Gizi : zat besi/ folat, makanan yang bergizi
f. Menentukan dan menyediakan metode dan alat KB
g. Senam : rencana senam lebih kuat dan menyeluruh setelah otot abdomen kembali normal
h. Keterampilan membesarkan dan membina anak
i. Rencana untuk asuhan selanjutnya bagi ibu
j. Rencana untuk chek-up bayi serta imunisasi (Meilani, 2009: 54-55).
4. Kunjungan 4 (4-6 minggu setelah persalinan)
Untuk kunjungan yang ke empat lebih difokuskan pada penyulit dan juga keadaan laktasinya. Lebih jelasnya tujuan dari kunjungan ke empat yaitu :
a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau ibu hadapi
b. Tali pusat harus tetap kencang
c. Perhatikan kondisi umum bayi (Ambarwati, 2009: 88).
d. Memberikan konseling mengenai imunisasi, senam nifas serta KB secara dini .
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu di rumah yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
a. Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Menjelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
Untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a. Bagaiman metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
b. Kelebihan/ keuntungan
c. Kekurangannya
d. Efek samping
e. Bagaimana menggunakan metode ini.
f. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi 2 minggu utuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/ pasangan itu dan melihat apakah metode tersebut bekerja baik.
1. Kebersihan Diri
a. Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b. Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Menjelaskan kepada ibu bahwa kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
a. Mendiskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
b. Menjelaskan bahwa latihan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal, seperti:
1) Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.
2) Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.
3) Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Pendidikan untuk Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
5. Perawatan Payudara
Perawatan payudara untuk ibu postpartum dirumah yaitu :
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering.
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara.
c. Apabila putting susu lecet oleskan colostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju putting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Payudara dikeringkan.
6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
Untuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2% kehamilan. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.
Sebelum menggunakan metode KB hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu:
a. Bagaiman metode ini dapat mencegah kehamilan dan efektifitasnya
b. Kelebihan/ keuntungan
c. Kekurangannya
d. Efek samping
e. Bagaimana menggunakan metode ini.
f. Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pasca salin yang menyusui
Jika seorang ibu telah memiliki metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi 2 minggu utuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan oleh ibu/ pasangan itu dan melihat apakah metode tersebut bekerja baik.
D. MANAJEMEN POST PARTUM
1. Defenisi
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
2. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan segera/ rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan.
1. Defenisi
Asuhan ibu postpartum adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran, sampai 6 minggu setelah kelahiran.
2. Tujuan
Adapun tujuannya yaitu untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan dalam persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan agar terlaksananya asuhan segera/ rutin pada ibu post partum termasuk melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mengidentifikasi masalah dan kebutuhan ibu, mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial, tindakan segera serta merencanakan asuhan.
Manajemen ibu postpartum antara lain :
1. Pengkajian/ Pengumpulan data
Didasarkan pada data subjektif daan juga Objektif. Data subjektif yaitu data yang didapatkan langsung daari pasien atau Pasien atau keluarganya langsung yang berbicara. Sedangkan data Objektif adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan atau tenaga kesehatan.
a. Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.
b. Melakukan pemeriksaan awal post partum.
c. Meninjau catatan/ record pasien, seperti :
1) Catatan perkembangan antepartum dan intra partum
2) Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum
3) Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum
4) Pemeriksaan laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
5) Catatan obat-obat
6) Catatan bidan/ perawat
d. Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti :
1) Mobilisasi
2) BAK dan BAB
3) Keadaan Nafsu makan
4) Ketidaknyamana/ rasa sakit
5) Kekhawatiran
6) Makanan bayi
7) Reaksi pada bayi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tekanan Darah, Suhu, nadi
b. Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan
c. Payudara & putting susu
d. Auskultasi paru2, jika diperlukan
e. Abdomen yang di lihat adalah kandung kencing, keadaan uterus (perkembangannya)
f. Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau
g. Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan, memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
h. Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
1. Pengkajian/ Pengumpulan data
Didasarkan pada data subjektif daan juga Objektif. Data subjektif yaitu data yang didapatkan langsung daari pasien atau Pasien atau keluarganya langsung yang berbicara. Sedangkan data Objektif adalah data yang dihasilkan dari hasil pemeriksaan bidan atau tenaga kesehatan.
a. Melakukan pengkajian dgn mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan ibu.
b. Melakukan pemeriksaan awal post partum.
c. Meninjau catatan/ record pasien, seperti :
1) Catatan perkembangan antepartum dan intra partum
2) Berapa lama (jam/ hari) pasien post partum
3) Keadaan suhu, nadi, respirasi dan Tekanan Darah postpartum
4) Pemeriksaan laboratorium & laporan pemeriksaan tambahan
5) Catatan obat-obat
6) Catatan bidan/ perawat
d. Menanyakan riwayat kesehatan & keluhan ibu,seperti :
1) Mobilisasi
2) BAK dan BAB
3) Keadaan Nafsu makan
4) Ketidaknyamana/ rasa sakit
5) Kekhawatiran
6) Makanan bayi
7) Reaksi pada bayi
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a. Tekanan Darah, Suhu, nadi
b. Kepala, wajah, mulut dan Tenggorokan, jika diperlukan
c. Payudara & putting susu
d. Auskultasi paru2, jika diperlukan
e. Abdomen yang di lihat adalah kandung kencing, keadaan uterus (perkembangannya)
f. Lochea yang dilihat adalah warna, jumlah dan bau
g. Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka episiotomi/robek, jahitan, memar,hemorrhoid (wasir/ambeien).
h. Ekstremitas : varises, betis apakah lemah dan panas,edema, reflek.
2. Menginterpretasikan Data.
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi yangg benar atas data yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu
Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah adalah diagnosa berdasarkan interpretasi yangg benar atas data yg telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah dan kebutuhan ibu postpartum tergantung dari hasil pengkajian terhadap ibu
3. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi dan merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
Diagnosa : Bendungan Payudara
Masalah potensial : Mastitis
Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi dan merencanakan antisipasi tindakan.
Contoh :
Diagnosa : Bendungan Payudara
Masalah potensial : Mastitis
Antisipasi Tindakan : kompres hangat payudara
4. Menetapkan Tindakan Segera
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn dokter utk tindakan curettage.
Mengidentifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi pasien.
Contoh :
a. Ibu kejang, segera lakukan tindakan segera untuk mengatasi kejang dan segera berkolaborasi merujuk ibu untuk perawatan selanjutnya.
b. Ibu tiba-tiba mengalami perdarahan, lakukan tindakan segera sesuai dengan keadaan pasien, misalnya : bila kontraksi uterus kurang baik segera berikan uterotonika. Bila teridentifikasi adanya tanda2 sisa plasenta, segera kolaborasi dgn dokter utk tindakan curettage.
5. Membuat Rencana Asuhan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
Contoh :
Manajemen asuhan awal postpartum :
a. Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b. Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur
c. Gizi/ diet
d. Perawatan perineum
Asuhan lanjutan :
a. Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b. Perawatan payudara
c. Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d. Rencana KB
e. Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
Yaitu dengan Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah sebelumnya.
Contoh :
Manajemen asuhan awal postpartum :
a. Kontak dini dan sesering mungkin dengan bayi.
b. Mobilisasi/istirahat baring di tempat tidur
c. Gizi/ diet
d. Perawatan perineum
Asuhan lanjutan :
a. Tambahan vit atau zat besi atau keduanya jika diperlukan
b. Perawatan payudara
c. Pemeriksaan lab terhadap komplikasi jika diperlukan
d. Rencana KB
e. Kebiasaan rutin yang tidak bermanfaat bahkan membahayakan
6. Implementasi Asuhan :
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman daripada rencana asuhan tadi.
7. Evaluasi
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tetapi belum efektif atau merencanakan kembali asuhan yang belum terlaksana jika masih ada.
Bidan harus melakukan evaluasi secara terus menerus selama masa nifas.
Evaluasi secara terus menerus meliputi:
1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f. Catatan pengobatan
2. Mengkaji riwayat
a. Ambulansi : apakah ibu melakukan ambulansi seberapa sering
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa lokhea
e. Memeriksa perineum dan kaki
1. Meninjau ulang data
a. Catatan intrapartum dan antepartum
b. Jumlah jam atau hari PP
c. Catatan pengawasan dan perkembangan sebelumnya
d. Catatan hasil lab.
e. Catatan suhu, nadi, pernapasan dan TD
f. Catatan pengobatan
2. Mengkaji riwayat
a. Ambulansi : apakah ibu melakukan ambulansi seberapa sering
b. Berkemih : bagaimana frekuensinya, jumlah, apakah ada nyeri/ disuria
c. Defekasi : bagaimana frekuensinya, jumlah dan konsistennya
3. Pemeriksaan fisik
a. Mengukur TD suhu, nadi dan pernapasan
b. Memeriksa payudara dan putting
c. Memeriksa abdomen
d. Memeriksa lokhea
e. Memeriksa perineum dan kaki
Menurut Bahiyatun (2009), manajemen kebidanan terbagi atas :
1. Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.
2. After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak (multipara) dan wanita menyusui.
3. Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti
4. Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari pertama setelah persalinan kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5. Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu, selama kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan yang keluar dari anus.
6. Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi penyimpanan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan bayi.
7. Manajemen infeksi
a. Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital.
b. Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
8. Manajemen cemas
Peran bidan
a. Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
b. Bidan dapat memberikan informasi dan konseling mengenai kebutuhan ini.
c. Bidan dapat mendukung pendidikan kesehatan
1. Manajemen nyeri dan ketidaknyamanan
Pada masa nifas banyak terjadi, walaupun tanpa komplikasi saat melahirkan.
2. After pain atau kram perut
Disebabkan oleh adanya serangkaian kontraksi dan relaksasi yang terus-menerus pada uterus, lebih banyak terjadi pada wanita dengan paritas yang banyak (multipara) dan wanita menyusui.
3. Pembengkakan payudara
Terjadi karena adanya gangguan antara akumulasi air susu dan meningkatnya vaskularitas dan kongesti
4. Manajemen konstipasi
Sebagian besar wanita akan defekasi dalam waktu tiga hari pertama setelah persalinan kemudian akan kembali kekebiasaan semula
5. Manajemen hemoroid
Jika pasien tidak menderita hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu, selama kehamilan sebagian wanita mengalami perdarahan yang keluar dari anus.
6. Manajemen Diuresis dan Diaforesis
Selama kehamilan, terjadi penyimpanan cairan tambahan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan bayi.
7. Manajemen infeksi
a. Infeksi genital
Disebabkan karena adanya luka pada area pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genital.
b. Infeksi saluran kemih
Dapat terjadi karena kurang menjaga kebersihan.
c. Infeksi saluran pernapasan atas
8. Manajemen cemas
Peran bidan
a. Bidan dapat memperhatikan dan memberi ucapan selamat atas kehadiran bayinya.
b. Bidan dapat memberikan informasi dan konseling mengenai kebutuhan ini.
c. Bidan dapat mendukung pendidikan kesehatan
E. POST PARTUM GROUP
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum di komunitas salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu post partum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu post partum dengan ibu post partum lainnya .
Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu post partum/ posyandu dan polindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling.tentang :
1. Kebersihan diri
2. Istirahat
3. Gizi
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
4. Menyusui
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
5. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
a. Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
b. Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah dan vernik kaseosa.
c. Lochea serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
d. Lochea alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih.
6. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
7. Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
8. Keluarga berencana
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu post partum di komunitas salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu post partum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu post partum dengan ibu post partum lainnya .
Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu post partum/ posyandu dan polindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling.tentang :
1. Kebersihan diri
2. Istirahat
3. Gizi
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
4. Menyusui
a. Nasi 200 gram (1 piring sedang)
b. Lauk 1 potong sedang
c. Tahu/tempe 1 potong sedang
d. Sayuran 1 mangkuk sedang
e. Buah1 potong sedang
f. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
g. Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
h. Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
i. Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
j. Minum kapsul vitamin A
5. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
a. Lochea rubra (1-3 hari postpartum) : warna merah segar dan berisi gumpalan darah, sisa selaput ketuban, sisa vernik, lanugo.
b. Lochea sanguolenta (3-7 hari postpartum) : berwarna merah kekuningan, berisi darah dan vernik kaseosa.
c. Lochea serosa (7-14 hari postpartum) : Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
d. Lochea alba ( 14-40 hari post partum) : berwarna putih.
6. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
7. Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
8. Keluarga berencana
Kadang-kadang ibu yang baru menjalani masa menjadi seorang ibu ingin mencari
kelompok khusus dari orang-orang yang sudah berpengalaman. Kadangkala ibu
postpartum yang sudah pernah bertemu dalam kelas prenatal mulai bergabung untuk
membentuk kelompok pendukung yang saling membantu. Melihat hal tersebut,
ternyata kelompok pendukung merupakan kelompok yang sangat penting dalam
membantu seorang wanita yang mengalami transisinya dalam siklus kehidupan.
Kelompok pendukung post partum atau yang disebut dengan postpartum group adalah kumpulan pribadi yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba untuk memuaskan kebutuhan personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan bersama serta untuk mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden. Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau seringkali merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari kelompok dukungan postpartum. Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka mungkin perlu mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diperlukan dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikologi atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetrik memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita kemungkinann terjadinya gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau konseling bila memang diperlukan. Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas obstetrik yaitu dokter dan bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat tentang proses persalinan dan kehamilan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya. Dibutuhkan penanganan menyeluruh atau holistik dan dukungan dari kelompok pendukung dari penanganan para ibu yang mengalami post partum. Pengobatan medis, konseling, emosional, dan bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dann harapan-harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.
Cara dukungan untuk mengatasi postpartum dari kelompok pendukung postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang tujuannya untuk menciptakan hubungan baik antara bidan dan juga pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
2. Cara peningkatan support mental post partum dapat dilakukan keluarga misalnya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu, dll
b. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayinya.
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya.
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir.
e. Memperbanyak dukungan dari suami.
f. Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan.
g. Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan.
h. Bayi memakai pampers untuk meringankan kerja ibu.
i. Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
j. Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
Selain hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
b. Tidurlah ketika bayi tidur.
c. Berolahraga ringan.
d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru ssebagai ibu.
e. Tidak perfectsionis dalam hal mengurus bayi,
f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
g. Bersikap fleksibel.
h. Kesempatan merawat bayinya hanya datang satu kali.
i. Bergabung dengan kelompok ibu.
Kelompok pendukung post partum atau yang disebut dengan postpartum group adalah kumpulan pribadi yang sedang menjalani masa post partum yang mencoba untuk memuaskan kebutuhan personal, berinteraksi dengan menghargai tujuan bersama serta untuk mengalami kenikmatan suatu hubungan yang interdipenden. Para ibu yang mengalami post partum membutuhkan pengalaman yang sesungguhnya, salah satunya yaitu diberikan dukungan dari kelompok pendukung seperti dukungan psikologis dan juga dukungan fisik yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan atau istirahat, atau seringkali merasa gembira mendapatkan pertolongan yang praktis dan dukungan dari kelompok dukungan postpartum. Dengan bantuan dan dukungan teman ataupun keluarga, mereka mungkin perlu mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi. Bila memang diperlukan dapat diperlukan dorongan dan pertolongan dari para ahli, misalnya dari seorang psikologi atau konselor yang berpengalaman dalam bidang tersebut. Para ahli obstetrik memegang peranan penting untuk mempersiapkan para wanita kemungkinann terjadinya gangguan mental post partum dan segera memberikan penanganan yang tepat bila terjadi gangguan tersebut, bahkan merujuk para ahli psikologi atau konseling bila memang diperlukan. Kelompok pendukung yang memadai dari para petugas obstetrik yaitu dokter dan bidan atau perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai atau adekuat tentang proses persalinan dan kehamilan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya. Dibutuhkan penanganan menyeluruh atau holistik dan dukungan dari kelompok pendukung dari penanganan para ibu yang mengalami post partum. Pengobatan medis, konseling, emosional, dan bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dann harapan-harapan pada saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dapat dibutuhkan penanganan ditingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis serta bersama-sama dengan melibatkan lingkungannya yaitu suami, keluarga, dan juga teman dekatnya.
Cara dukungan untuk mengatasi postpartum dari kelompok pendukung postpartum :
1. Cara pendekatan komunikasi terapeutik yang tujuannya untuk menciptakan hubungan baik antara bidan dan juga pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a. Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b. Dapat memahami dirinya
c. Dapat mendukung tindakan konstruktif.
2. Cara peningkatan support mental post partum dapat dilakukan keluarga misalnya :
a. Sekali-kali ibu meminta suami untuk ikut membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti membantu mengurus bayinya, memasak, menyiapkan susu, dll
b. Memanggil orang tua ibu bayi agar bisa menemani ibu dalam menghadapi kesibukan merawat bayinya.
c. Suami seharusnya tahu permasalahan yang dihadapi istrinya dan lebih perhatian terhadap istrinya.
d. Menyiapkan mental dalam menghadapi anak pertama yang akan lahir.
e. Memperbanyak dukungan dari suami.
f. Suami menggantikan peran istri saat istri kelelahan.
g. Ibu dianjurkan untuk sering sharing dengan teman-temannya yang baru saja melahirkan.
h. Bayi memakai pampers untuk meringankan kerja ibu.
i. Mengganti suasana dengan bersosialisasi.
j. Suami sering menemani istri dalam mengurus bayinya.
Selain hal diatas dukungan post partum dari dirinya sendiri diantaranya dengan cara :
a. Belajar tenang dengan menarik nafas panjang dan meditasi.
b. Tidurlah ketika bayi tidur.
c. Berolahraga ringan.
d. Ikhlas dan tulus dengan peran baru ssebagai ibu.
e. Tidak perfectsionis dalam hal mengurus bayi,
f. Bicarakan rasa cemas dan komunikasikan.
g. Bersikap fleksibel.
h. Kesempatan merawat bayinya hanya datang satu kali.
i. Bergabung dengan kelompok ibu.
Kelompok postpartum merupakan salah satu bentuk kelompok atau organisasi
kecil dari ibu nifas. Bertujuan untuk mendeteksi, mencegah, dan mengatasi permasalahan-permasalahan
yang timbul masa nifas
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua menganggap seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami depresi setelah melahirkan.
Ibu nifas sering mnegalami gangguan psikologi yang dikenal dengan postpartum blues. Dikomunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas. Dalam postpartum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaannya saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa nifas. Lewat postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologis saat nifas diharapkan bisa diatasi (Niken Meilani, 2009: 56).
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan psikologis yang dalam bahasa kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues atau Postpartum Blues. Postpartum blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan yang sering terjadi pada 50-70% wanita (Suherni, 2009).
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum lainnya
Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi kadang harus menemui kenyataan bahwa tak semua menganggap seperti itu karena ada juga wanita yang mengalami depresi setelah melahirkan.
Ibu nifas sering mnegalami gangguan psikologi yang dikenal dengan postpartum blues. Dikomunitas sebaiknya dibentuk postpartum group yaitu kelompok ibu-ibu nifas. Dalam postpartum group para ibu nifas bisa saling berkeluh kesah dan mendiskusikan pengalaman melahirkannya, perasaannya saat ini dan bagaimana cara menghadapi masa nifas. Lewat postpartum group ini maka gangguan-gangguan psikologis saat nifas diharapkan bisa diatasi (Niken Meilani, 2009: 56).
Depresi sesudah melahirkan ini adalah gangguan psikologis yang dalam bahasa kedokterannya adalah depresi postpartum atau baby blues atau Postpartum Blues. Postpartum blues merupakan masa transisi mood setelah melahirkan yang sering terjadi pada 50-70% wanita (Suherni, 2009).
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah satunya adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu postpartum lainnya
1. Program Ibu Nifas
Kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, ASI eksklusif, tablet tambah darah dan vitamin A
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas dan neonates. Data yang dibutuhkan antara lain : jumlah ibu nifas; kebiasaan atau tradisi setempat; permasalahan pada masa nifas; sumber daya masyarakat; dan penentu kebijakan.
3. Mengatur Strategi
Pendekatan dengan keluarga ibu, tomas, togam, kepala desa dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas.
4. Perencanaan
Buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok. Perencanaan meliputi kegiatan yang kan dilakukan, tempat dan waktu, anggaran, serta peserta.
5. Pelaksanaan
Jadikan contoh (Role Model) orang sebagai penentu kebijakan dan lakukan diskusi untuk membentuk susunan organisasi. Bidan bisa sebagai narasumber, kemudian buat rencana tindak lanjut.
6. Evaluasi
Dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir dari pembentukan kelompok benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal .
Kunjungan pada ibu nifas dan neonatus, ASI eksklusif, tablet tambah darah dan vitamin A
2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan kunjungan pada ibu nifas dan neonates. Data yang dibutuhkan antara lain : jumlah ibu nifas; kebiasaan atau tradisi setempat; permasalahan pada masa nifas; sumber daya masyarakat; dan penentu kebijakan.
3. Mengatur Strategi
Pendekatan dengan keluarga ibu, tomas, togam, kepala desa dan kader sebagai pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu kelompok ibu nifas.
4. Perencanaan
Buat usulan atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari pembentukan kelompok. Perencanaan meliputi kegiatan yang kan dilakukan, tempat dan waktu, anggaran, serta peserta.
5. Pelaksanaan
Jadikan contoh (Role Model) orang sebagai penentu kebijakan dan lakukan diskusi untuk membentuk susunan organisasi. Bidan bisa sebagai narasumber, kemudian buat rencana tindak lanjut.
6. Evaluasi
Dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan akhir dari pembentukan kelompok benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat, serta nifas berjalan normal .
0 komentar:
Posting Komentar