PEDOMAN ASUHAN PERSALINAN NORMAL
Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak
negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan,
eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian
besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat
dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara
berkembang dan hampir semua negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan
dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.
Asuhan Kesehatan Ibu selama dua dasawarsa terakhir
terfokus pada:
a) Keluarga Berencana untuk
membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan
b) Asuhan Antenatal Terfokus untuk
memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan
persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi
c) Asuhan Pascakeguguran untuk
menatalaksana gawat-darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap
kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.
d) Persalinan yang Bersih dan Aman serta
Pencegahan Komplikasi
Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan
bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya
efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian
e) Penatalaksanaan Komplikasi yang
terjadi sebelum, selama dan setelah persalinan.
Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu,
perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi
pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis
komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi
keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda
menurut derajat, keadaan dan tempat terjadinya
Pergeseran
Paradigma
Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan
bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan
pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani
komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta
pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi
kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir.
Beberapa contoh dibawah ini, menunjukkan adanya
pergeseran paradigma tersebut diatas:
· Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang
disebabkan oleh Atonia Uteri
Upaya pencegahan perdarahan
pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan
persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan,
diantaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala
III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan
obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinan patologis dan
dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.
· Laserasi/episiotomi
Dengan paradigma pencegahan, episiotomi
tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong
persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk
mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.
· Retensio plasenta
Penatalaksanaan aktif kala tiga
dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan
plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan
penegangan tali pusat terkendali.
· Partus Lama
Untuk mencegah partus lama, asuhan
persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu
dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat,
diharapkan dapat memberikan rasa tenang dan aman selama proses persalinan
berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses
persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab diantara penolong dan
keluarga klien.
· Asfiksia Bayi Baru Lahir
Pencegahan asfiksia pada
bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin,
misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama
proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan
mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan
bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan
upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi
yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan
melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan
untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila
terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.
Paradigma baru (aktif) yang disebutkan sebelumnya,
terbukti dapat mencegah atau mengurangi komplikasi yang sering terjadi.
Hal ini memberi manfaat yang nyata dan mampu membantu upaya penurunan angka
kematian ibu dan bayi baru lahir. Karena sebagian besar persalinan di Indonesia
terjadi di desa atau di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dimana tingkat
keterampilan petugas dan sarana kesehatan sangat terbatas maka paradigma aktif
menjadi sangat strategis bila dapat diterapkan pada tingkat tersebut. Jika
semua penolong persalinan dilatih agar kompeten untuk melakukan upaya pencegahan
atau deteksi dini secara aktif terhadap berbagai komplikasi yang mungkin
terjadi, memberikan pertolongan secara adekuat dan tepat waktu, dan melakukan
upaya rujukan segera dimana ibu masih dalam kondisi yang optimal maka semua
upaya tersebut dapat secara bermakna menurunkan jumlah kesakitan atau kematian
ibu dan bayi baru lahir.
Pelatihan
Asuhan Persalinan Normal
Kajian kinerja petugas pelaksana pertolongan persalinan di
jenjang pelayanan dasar yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
bekerjasama dengan Perkumpulan Obstetri Ginekologi Indonesia (POGI), Ikatan
Bidan Indonesia (IBI), Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi
(JNPK-KR) dengan bantuan teknis dari JHPIEGO dan PRIME menunjukkan adanya
kesenjangan kinerja yang dapat mempengaruhi kualitas pelayanan bagi ibu hamil
dan bersalin. Temuan ini berlanjut menjadi kerjasama untuk merancang pelatihan
klinik yang diharapkan mampu untuk memperbaiki kinerja penolong persalinan.
Dasar pelatihan klinik asuhan persalinan normal ini adalah asuhan yang bersih
dan aman dari setiap tahapan persalinan dan upaya pencegahan
komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan dan hipotermia
serta asfiksia bayi baru lahir.
Asuhan
Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga
kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan
bayinya, melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi
yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat
terjaga pada tingkat yang diinginkan (optimal). Dengan pendekatan seperti ini,
berarti bahwa:
Setiap intervensi yang akan
diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti
ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan
keberhasilan proses persalinan
Keterampilan yang diajarkan dalam pelatihan
asuhan persalinan normal harus diterapkan sesuai dengan standar asuhan bagi
semua ibu bersalin di setiap tahapan persalinan oleh setiap penolong persalinan
dimanapun hal tersebut terjadi. Persalinan dan kelahiran bayi dapat
terjadi di rumah, puskesmas atau rumah sakit. Penolong persalinan mungkin saja
seorang bidan, perawat, dokter umum atau spesialis obstetri. Jenis
asuhan yang akan diberikan, dapat disesuaikan dengan kondisi dan tempat
persalinan sepanjang dapat memenuhi kebutuhan spesifik ibu dan bayi baru lahir.
Praktik-praktik pencegahan
yang akan dijelaskan dalam buku acuan ini adalah:
a. Secara konsisten
dan sistematis menggunakan praktik pencegahan infeksi seperti cuci tangan,
penggunaan sarung tangan, menjaga sanitasi lingkungan yang sesuai bagi proses
persalinan, kebutuhan bayi dan proses ulang peralatan bekas pakai.
b. Memberikan
asuhan yang diperlukan, memantau kemajuan dan menolong proses persalinan serta
kelahiran bayi. Menggunakan partograf untuk membuat keputusan klinik, sebagai
upaya pengenalan adanya gangguan proses persalinan atau komplikasi dini agar
dapat memberikan tindakan yang paling tepat dan memadai.
c. Memberikan
asuhan sayang ibu di setiap tahapan persalinan, kelahiran bayi dan masa nifas,
termasuk memberikan penjelasan bagi ibu dan keluarganya tentang proses
persalinan dan kelahiran bayi serta menganjurkan suami atau anggota keluarga
untuk berpartisipasi dalam proses persalinan dan kelahiran bayi.
d. Merencanakan
persiapan dan melakukan rujukan tepat waktu dan optimal bagi ibu di setiap
tahapan persalinan dan tahapan waktu bayi baru lahir.
e. Menghindarkan
berbagai tindakan yang tidak perlu dan/atau berbahaya seperti misalnya kateterisasi
urin atau episiotomi secara rutin, amniotomi sebelum terjadi pembukaan lengkap,
meminta ibu meneran secara terus-menerus, penghisapan lendir secara rutin pada
bayi baru lahir.
f. Melaksanakan
penatalaksanaan aktif kala tiga untuk mencegah perdarahan pascapersalinan.
g. Memberikan
asuhan segera pada bayi baru lahir termasuk mengeringkan dan menghangatkan
bayi, pemberian ASI sedini mungkin dan eksklusif, mengenali tanda-tanda
komplikasi dan mengambil tindakan-tindakan yang sesuai untuk menyelamatkan ibu
dan bayi baru lahir.
h. Memberikan
asuhan dan pemantauan pada masa awal nifas untuk memastikan kesehatan, keamanan
dan kenyamana ibu dan bayi baru lahir, mengenali secara dini gejala dan tanda
bahaya atau komplikasi pascapersalinan/bayi baru lahir dan mengambil tindakan
yang sesuai.
i. Mengajarkan
pada ibu dan keluarganya untuk mengenali gejala dan tanda bahaya pada masa
nifas pada ibu dan bayi baru lahir
j.
Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.
Pada akhir pelatihan, peserta latih harus menguasai
pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan sehingga mampu untuk
memberikan asuhan persalinan yang aman dan bersih serta mencegah terjadinya
komplikasi pada ibu dan bayi baru lahir, baik di setiap tahapan persalinan,
kelahiran bayi maupun pada awal masa nifas. Peserta latih adalah petugas
kesehatan yang akan menjadi pelaksana pertolongan persalinan, juga harus mampu
untuk mengenali (sejak dini) setiap komplikasi yang mungkin terjadi dan
mengambil tindakan yang diperlukan dan sesuai dengan standar yang diinginkan.
Praktik terbaik asuhan persalinan normal terbukti mampu mencegah terjadinya
berbagai penyulit atau komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa ibu dan
bayi baru lahir sehingga upaya perbaikan status kesehatan dan kualitas hidup
kelompok rentan risiko ini dapat diwujudkan.
0 komentar:
Posting Komentar