ASUHAN KEPERAWATAN ULKUS PEPTIKUM
I.
Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi/Pengertian
ü Ulkus peptikum adalah ekskavasasi
(area berlubang) yang terbentuk dalam dinding mukosal lambung, pilorus,
duodenum atau esofagus. Ulkus peptikum disbut juga sebagai ulkus lambung,
duodenal atau esofageal, tergantung pada lokasinya. (Bruner and Suddart, 2001).
ü Ulkus peptikum merupakan putusnya
kontinuitas mukosa lambung yang meluas sampai di bawah epitel. Kerusakan mukosa
yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut sebagai erosi, walaupun sering
dianggap sebagai ”ulkus” (misalnya ulkus karena stres). Menurut definisi, ulkus
peptikum dapat terletak pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah
asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi,
juga jejenum.(Sylvia A. Price, 2006).
B. Epidemiologi/Insiden
Kasus
Penyakit ini terjadi dengan
frekuensi paling besar pada individu antara usia 40 dan 60 tahun. Tetapi,
relatif jarang pada wanita menyusui, meskipun ini telah diobservasi pada
anak-anak dan bahkan pada bayi. Pria terkenal lebih sering daripada wanita, tapi
terdapat beberapa bukti bahwa insiden pada wanita hampir sama dengan pria.
Setelah menopause, insiden ulkus peptikum pada wanita hampir sama dengan pria.
Ulkus peptikum pada korpus lambung dapat terjadi tanpa sekresi asam berlebihan.
C. Penyebab
dan Faktor Predisposisi
Penyebab ulkus peptikum kurang
dipahami, meskipun bakteri gram negatif H. Pylori telah sangat diyakini sebagai
factor penyebab. Diketahui bahwa ulkus peptik terjadi hanya pada area saluran
GI yang terpajan pada asam hidrochlorida dan pepsin. Faktor predisposisinya
menurut beberapa pendapat mengatakan stress atau marah yang tidak diekspresikan
adalah factor predisposisi. Ulkus nampak terjadi pada orang yang cenderung
emosional, tetapi apakah ini factor pemberat kondisi, masih tidak pasti. Kecenderungan
keluarga yang juga tampak sebagai factor predisposisi signifikan. Hubungan
herediter selanjutnya ditemukan pada individu dengan golongan darah lebih
rentan daripada individu dengan golongan darah A, B, atau AB. Factor
predisposisi lain yang juga dihubungkan dengan ulkus peptikum mencakup
penggunaan kronis obat antiinflamasi non steroid(NSAID). Minum alkohol dan
merokok berlebihan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ulkus lambung dapat
dihubungkan dengan infeksi bakteri dengan agens seperti H. Pylori. Adanya
bakteri ini meningkat sesuai dengan usia. Ulkus karena jumlah hormon gastrin
yang berlebihan, yang diproduksi oleh tumor(gastrinomas-sindrom
zolinger-ellison)jarang terjadi. Ulkus stress dapat terjadi pada pasien yang
terpajan kondisi penuh stress.
D. Patofisiologi
Terjadinya Penyakit
Ulkus peptikum terjadi pada mukosa
gastroduodenal karena jaringan ini tidak dapat menahan kerja asam lambung
pencernaan (asam hidrochlorida dan pepsin). Erosi yang terjadi berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi dan kerja asam peptin, atau berkenaan dengan penurunan
pertahanan normal dari mukosa.
1. Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi
Lambung dan Kerja Asam Peptin
Sekresi lambung terjadi pada 3 fase
yang serupa :
1) Sefalik
Fase pertama ini dimulai dengan
rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa makanan yang bekerja pada reseptor
kortikal serebral yang pada gilirannya merangsang saraf vagal. Intinya, makanan
yang tidak menimbulkan nafsu makan menimbulkan sedikit efek pada sekresi
lambung. Inilah yang menyebabkan makanan sering secara konvensional diberikan
pada pasien dengan ulkus peptikum. Saat ini banyak ahli gastroenterology
menyetujui bahwa diet saring mempunyai efek signifikan pada keasaman lambung
atau penyembuhan ulkus. Namun, aktivitas vagal berlebihan selama malam hari
saat lambung kosong adalah iritan yang signifikan.
2) Fase lambung
Pada fase ini asam lambung
dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi dan mekanis terhadap reseptor
dibanding lambung. Refleks vagal menyebabkan sekresi asam sebagai respon terhadap
distensi lambung oleh makanan.
3) Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan
pelepasan hormon (dianggap menjadi gastrin) yang pada waktunya akan merangsang
sekresi asam lambung. Pada manusia, sekresi lambung adalah campuran
mukokolisakarida dan mukoprotein yang disekresikan secara kontinyu melalui
kelenjar mukosa. Mucus ini mengabsorpsi pepsin dan melindungi mukosa terhadap
asam. Asam hidroklorida disekresikan secara kontinyu, tetapi sekresi meningkat
karena mekanisme neurogenik dan hormonal yang dimulai dari rangsangan lambung
dan usus. Bila asam hidroklorida tidak dibuffer dan tidak dinetralisasi dan
bila lapisan luar mukosa tidak memberikan perlindungan asam hidroklorida
bersama dengan pepsin akan merusak lambung. Asam hidroklorida kontak hanya
dengan sebagian kecil permukaan lambung. Kemudian menyebar ke dalamnya dengan
lambat. Mukosa yang tidak dapat dimasuki disebut barier mukosa lambung. Barier
ini adalah pertahanan untama lambung terhadap pencernaan yang dilakukan oleh
sekresi lambung itu sendiri. Factor lain yang mempengaruhi pertahanan adalah
suplai darah, keseimbangan asam basa, integritas sel mukosa, dan regenerasi
epitel. Oleh karena itu, seseorang mungkin mengalami ulkus peptikum karena satu
dari dua factor ini : 1. hipersekresi asam pepsin
2. Kelemahan Barier Mukosa Lambung
Apapun yang menurunkan yang mukosa
lambung atau yang merusak mukosa lambung adalah ulserogenik, salisilat dan obat
antiinflamasi non steroid lain, alcohol, dan obat antiinflamasi masuk dalam
kategori ini.Sindrom Zollinger-Ellison (gastrinoma) dicurigai bila pasien
datang dengan ulkus peptikum berat atau ulkus yang tidak sembuh dengan terapi
medis standar. Sindrom ini diidentifikasi melalui temuan berikut : hipersekresi
getah lambung, ulkus duodenal, dan gastrinoma(tumor sel istel) dalam pancreas.
90% tumor ditemukan dalam gastric triangle yang mengenai kista dan duktus
koledokus, bagian kedua dan tiga dari duodenum, dan leher korpus pancreas.
Kira-kira ⅓ dari gastrinoma adalah ganas(maligna).
Diare dan stiatore(lemak yang tidak
diserap dalam feces)dapat ditemui. Pasien ini dapat mengalami adenoma
paratiroid koeksisten atau hyperplasia, dan karenanya dapat menunjukkan tanda
hiperkalsemia. Keluhan pasien paling utama adalah nyeri epigastrik. Ulkus
stress adalah istilah yang diberikan pada ulserasi mukosa akut dari duodenal
atau area lambung yang terjadi setelah kejadian penuh stress secara fisiologis.
Kondisi stress seperti luka bakar, syok, sepsis berat, dan trauma dengan organ
multiple dapat menimbulkan ulkus stress. Endoskopi fiberoptik dalam 24 jam
setelah cedera menunjukkan erosi dangkal pada lambung, setelah 72 jam, erosi
lambung multiple terlihat. Bila kondisi stress berlanjut ulkus meluas. Bila
pasien sembuh, lesi sebaliknya. Pola ini khas pada ulserasi stress.
Pendapat lain yang berbeda adalah
penyebab lain dari ulserasi mukosa. Biasanya ulserasi mukosa dengan syok ini
menimbulkan penurunan aliran darah mukosa lambung. Selain itu jumlah besar
pepsin dilepaskan. Kombinasi iskemia, asam dan pepsin menciptakan suasana ideal
untuk menghasilkan ulserasi. Ulkus stress harus dibedakan dari ulkus cushing
dan ulkus curling, yaitu dua tipe lain dari ulkus lambung. Ulkus cushing umum
terjadi pada pasien dengan trauma otak. Ulkus ini dapat terjadi pada esophagus,
lambung, atau duodenum, dan biasanya lebih dalam dan lebih penetrasi daripada
ulkus stress. Ulkus curling sering terlihat kira-kira 72 jam setelah luka bakar
luas.
E. Klasifikasi
Klasifikasi ulkus berdasarkan
lokasi:
Ulkus
duodenal
|
Ulkus Lambung
|
Insiden
Usia
30-60 tahun
Pria:
wanita3:1
Terjadi
lebih sering dari pada ulkus lambung
|
Insiden
Biasanya
50 t ahun lebih
Pria:wanita
2:1
|
Tanda dan gejala
Hipersekresi asam lambung
Dapat mengalami penambahan berat badan
Nyeri terjadi 2-3 jam setelah makan; sering terbangun dari
tidur antara jam 1 dan 2 pagi.
Makan makanan menghilangkan nyeri
Muntah tidak umum
Hemoragi jarang terjadi dibandingkan ulkus lambung tetapi
bila ada milena lebih umum daripada hematemesis.
Lebih mungkin terjadi perforasi daripada ulkus lambung.
|
Tanda dan gejalah
Normal sampai hiposekresi asam lambung
Penurunan berat badan dapat terjadi
Nyeri
terjadi ½ sampai 1 jam setelah makan; jarang terbangun pada malam hari; dapat hilang
dengan muntah.
Makan makanan tidak membantu dan kadang meningkatkan
nyeri.
Muntah umum terjadi
Hemoragi lebih umum terjadi daripada ulkus duodenal, hematemesis
lebih umum terjadi daripada melena.
|
Kemungkinan Malignansi
Jarang
|
Kemungkinan malignansi
Kadang-kadang
|
Faktor Risiko
Golongan darah O, PPOM, gagal ginjal kronis, alkohol,
merokok, sirosis, stress.
|
Faktor Risiko
Gastritis, alkohol, merokok, NSAID, stres
|
F. Gejala
Klinis
Gejala-gejala ulkus dapat hilang
selama beberapa hari, minggu, atau beberapa bulan dan bahkan dapat hilang hanya
sampai terlihat kembali, sering tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
Banyak individu mengalami gejala ulkus, dan 20-30% mengalami perforasi atau
hemoragi yang tanpa adanya manifestasi yang mendahului.
1. Nyeri : biasanya pasien dengan ulkus
mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau sensasi terbakar di epigastrium
tengah atau di punggung. Hal ini diyakini bahwa nyeri terjadi bila kandungan
asam lambung dan duodenum meningkat menimbulkan erosi dan merangsang ujung
saraf yang terpajan. Teori lain menunjukkan bahwa kontak lesi dengan asam
merangsang mekanisme refleks local yang mamulai kontraksi otot halus sekitarnya.
Nyeri biasanya hilang dengan makan, karena makan menetralisasi asam atau dengan
menggunakan alkali, namun bila lambung telah kosong atau alkali tidak digunakan
nyeri kembali timbul. Nyeri tekan lokal yang tajam dapat dihilangkan dengan
memberikan tekanan lembut pada epigastrium atau sedikit di sebelah kanan garis
tengah. Beberapa gejala menurun dengan memberikan tekanan local pada
epigastrium.
2. Pirosis (nyeri uluhati) : beberapa
pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung, yang naik ke mulut,
kadang-kadang disertai eruktasi asam. Eruktasi atau sendawa umum terjadi bila
lambung pasien kosong.
3. Muntah : meskipun jarang pada ulkus
duodenal tak terkomplikasi, muntah dapat menjadi gejala ulkus peptikum. Hal ini
dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari
membran mukosa yang mengalami inflamasi di sekitarnya pada ulkus akut. Muntah
dapat terjadi atau tanpa didahului oleh mual, biasanya setelah nyeri berat yang
dihilangkan dengan ejeksi kandungan asam lambung.
4. Konstipasi dan perdarahan :
konstipasi dapat terjadi pada pasien ulkus, kemungkinan sebagai akibat dari
diet dan obat-obatan. Pasien dapat juga datang dengan perdarahan
gastrointestinal sebagian kecil pasien yang mengalami akibat ulkus akut
sebelumnya tidak mengalami keluhan, tetapi mereka menunjukkan gejala
setelahnya.
G. Pemeriksaan
Fisik
a. Keadaan Umum :
GCS :
§ Ciri tubuh : kulit, rambut, postur
tubuh.
§ Tanda vital : nadi, suhu
tubuh, tekanan darah, dan pernafasan.
b. Head to toe :
- Kepala
Inspeksi
: bentuk kepala, distribusi, warna, kulit kepala.
Palpasi
: nyeri tekan dikepala.
- Wajah
Inspeksi
: bentuk wajah, kulit wajah.
Palpasi
: nyeri tekan di wajah.
- Mata
Inspeksi
: bentuk mata, sclera, konjungtiva, pupil,
Palpasi
: nyeri tekan pada bola mata, warna mukosa konjungtiva, warna mukosa sclera
- Hidung :
Inspeksi
: bentuk hidung, pernapasan cuping hidung, secret
Dipalpasi
: nyeri tekan pada hidung
- Mulut :
Inspeksi
: bentuk mulut, bentuk mulut, bentuk gigi
Palpasi
: nyeri tekan pada lidah, gusi, gigi
- Leher
Inspksi
: bentuk leher, warna kulit pada leher
Palpasi
: nyeri tekan pada leher.
- Dada
Inspeksi
: bentuk dada, pengembangan dada, frekuensi pernapasan.
Palpasi
: pengembangan paru pada inspirasi dan ekspirasi, fokal fremitus, nyeri tekan.
Perkusi
: batas jantung, batas paru, ada / tidak penumpukan secret.
Auskultasi
: bunyi paru dan suara napas
- Payudara dan ketiak
Inspeksi
: bentuk, benjolan
Palpasi
: ada/ tidak ada nyeri tekan , benjolan
- Abdomen
Inspeksi
: bentuk abdomen, warna kulit abdomen
Auskultasi
: bising usus, bising vena, pergesekan hepar dan lien.
Perkusi
: batas hepar,batas ginjal,batas lien,ada/tidaknya pnimbunan cairan diperut
- Genitalia
Inspeksi
: bentuk alat kelamin,distribusi rambut kelamin,warna rambut kelamin,benjolan
Palpasi
: nyeri tekan pada alat kelamin
- Integumen
Inspeksi
: warna kulit,benjolan
Palpasi
: nyeri tekan pada kulit
- Ekstremitas
Atas :
Inspeksi
: warna kulit,bentuk tangan
Palpasi
: nyeri tekan,kekuatan otot
Bawah :
Inspeksi
: warna kuliy,bentuk kaki
Palpasi
: nyeri tekan,kekuatan otot
H. Pemeriksaan
Diagnostik/Penunjang
1. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan
adanya nyeri, nyeri tekan epigastrik atau distensi abdominal.
2. Bising usus mungkin tidak ada.
3. Pemeriksaan dengan barium terhadap
saluran GI atas dapat menunjukkan adanya ulkus, namun endoskopi adalah prosedur
diagnostic pilihan.
4. Endoskopi GI atas digunakan untuk
mengidentifikasi perubahan inflamasi, ulkus dan lesi. Melalui endoskopi mukosa
dapat secara langsung dilihat dan biopsy didapatkan. Endoskopi telah diketahui
dapat mendeteksi beberapa lesi yang tidak terlihat melalui pemeriksaan sinar X
karena ukuran atau lokasinya.
5. Feces dapat diambil setiap hari
sampai laporan laboratorium adalah negatif terhadap darah samar.
6. Pemeriksaan sekretori lambung merupakan
nilai yang menentukan dalam mendiagnosis aklorhidria(tidak terdapat asam
hdroklorida dalam getah lambung) dan sindrom zollinger-ellison. Nyeri yang
hilang dengan makanan atau antasida, dan tidak adanya nyeri yang timbul juga
mengidentifikasikan adanya ulkus.
7. Adanya H. Pylory dapat ditentukan
dengan biopsy dan histology melalui kultur, meskipun hal ini merupakan tes
laboratorium khusus. serta tes serologis terhadap antibody pada antigen H.
Pylori.
I. Therapy
atau Tindakan Penanganan
Beberapa
metode dapat digunakan untuk mengontrol keasaman lambung termasuk perubahan
gaya hidup, obat-obatan, dan tindakan pembedahan. Penurunan stress dan
istirahat.
1. Modifikasi diet
2. Penghentian merokok
3. Obat-obatan
4. Intervensi bedah
J. Komplikasi Potensial
1. Hemoragi-gastrointestinal atas,
gastritis dan hemoragi akibat ulkus peptikum adalah dua penyebab paling umum
perdarahan saluran GI.
2. Perforasi, merupakan erosi ulkus
melalui mukosa lambung yang menembus ke dalam rongga peritoneal tanpa disertai
tanda.
3. Penetrasi atau Obstruksi, penetrasi
adalah erosi ulkus melalui serosa lambung ke dalam struktur sekitarnya seperti
pankreas, saluran bilieratau omentum hepatik.
4. Obstruksi pilorik terjadi bila areal
distal pada sfingter pilorik menjadi jaringan parut dan mengeras karena spasme
atau edema atau karena jaringan parut yang terbentuk bila ulkus sembuh atau
rusak.
II.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian
a. Identitas
- Pasien
1. Nama pasien :
2. Umur :
3. Jenis kelamin :
4. Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Status perkawinan :
7. Agama :
8. Suku :
9. Alamat :
- Penanggung
1. Nama penanggung :
2. Hubungan dengan pasien :
3. Pekerjaan :
4. Alamat :
b. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada atau tidak anggota keluarga
pasien yang menderita penyakit seperti pasien.
c. Status kesehatan
- Status kesehatan saat ini
- Status kesehatan masa lalu
- Riwayat penyakit keluarga
- Diagnosa medis dan terapi
d. Pola Fungsi kesehatan
·
Pemeliharaan
dan persepsi terhadap kesehatan
·
Nutrisi/metabolic
·
Pola
eliminasi
·
Pola
aktivitas dan latihan
·
Oksigenasi
·
Pola
tidur dan istirahat
·
Pola
kognitif-perseptual
·
Pola
persepsi diri/konsep diri
·
Pola
seksual dan reproduksi
·
Pola
peran-hubungan
·
Pola
manajememn koping stress
·
Pola
keyakinan
e. Pemeriksaan fisik
·
Keadaan
umum
- Tingkat kesadaran CCS
·
Tanda-tanda
vital
·
Keadaan
fisik
- Kepala dan leher
- Dada
- Payudara dan ketiak
- Abdomen
- Genitalia
- Integument
- Ekstremitas
- Pemeriksaan neurologis.
B. Diagnosa
Keperawatan yang Mungkin Muncul
1. Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap gangguan visceral usus.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot.
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
4. Kurang pengetahuan mengenai
pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang
tidak adekuat
C. Rencana
Tindakan
1. Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap gangguan visceral usus.
Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan nyeri
pada pasien dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil : menggunakan
obat-obatan sesuai resep,mengalami penurunan nyer,menggantikan aspirirn dengan
aetaminofen ( Tylenol),menghindari obat yang dijual bebas yang mengandung asam
asetilsalisilat,mentaati pembatasan yang dianjurkan,mengidentifikasi makanandan
minuman yang dihindari,mentati jadual makan dan kudapan secara teratur,berhenti
merokok dan berpartisispasi dalam program penghentian merokok bila perlu.
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
a.Antibiotik histamine
b.Garam antibiotic /bismuth
c.Agen sitoprotektif
d.Inhibitor pompa proton
e.Antasida
2.Anjurkan menghindari obat obatan
yang dijual bebas .
3.Anjurkan pasien untuk menggunakan makan
dan kudapan pada interval yang teratur.
4.Anjurkan pasien untuk berhenti merokok
|
Farmakoterapi membantu menguranginya sebaga berikut
a.antibiotik
histemine mempengaruhi asam lambung
b.antibiotik diberikan diberikan bersamaan dengan bismuth mematikan
H.Pylori c.agen
sitoprotektif melindungi mukosa lambung d.Inhibitor pompa proton menurunkan
asam lambung.
e.Antasida menetrAlisasi keasaman sekresil lambung.
menghambat pelepasan asam lambung.
.makanan minuman yang mengandung kafein merangsang
sekresi asam hidroklorida
.Merokok merangsang kemungkinan kekambuhan ulkus
|
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama … x 24 jam diharapkan pasien memiliki sedikit tenaga untuk
beraktivitas
Kriteria
hasil : TTV normal dan pasien tidak
terlihat lemas lagi
Tindakan/ intervensi
|
Rasional
|
1.Anjurkan aktivitas ringan dan perbanyak istirahat
2.Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
3. Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri
yang ditolerir, bantu jika keletihan terjadi
|
|
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama … x 24 jam diharapkan pasien mendapatkan tingakt nutrisi optimal
Kriteria Hasil : Menghindari
makanan dan minuman pengiritasi,makan-makanan dan kudapan pada interval yang
dijadwalkan secara teratur,dan memilih lingkungan rileks untuk makanan.
TINDAKAN / INTERVENSI
|
R RASIONAL
|
3. Dorong makanan pada lingkungan
yang rileks
|
3. Lingkungan yang rileks kurang
menimbulkan ansietas.Menurunkan ansietas membatu menurunkan sekresi asam
hidroklorida.
|
4. Kurang pengetahuan mengenai
pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi yang
tidak adekuat
Tujuan : Setelah diberikan
asuhan keperawatan selama … x … menit diharapkan pasien dapat mendapatkan
pengetahuan tentang pencegahan dan penatalaksanaan
Kriteria Hasi : mengekspresikan
minat dalam belajar bagaimana mengatasi penyakit,berpartisispasi dalam sesi
penyuluhan,mengajukan pertanyaan, dan menyatakan keinginan untuk bertanggungjawab
terhadap perawatan diri
TINDAKAN / INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji tingkat pengetahuan dan
kesiapan untuk belajar dari pasien.
2. Ajarkan informasi yang diperlukan:
a) Gunakan kata-kata sesuai tingkat
pengetahuan pasien
b) Pilih waktu kapan pasien paling
nyaman berminat.
c) Batasi sesi penyuluhan sampai 30
menit atau kurang
3. Yakinkan pasien bahwa penyakit
dapat diatasi
|
1.Keinginan untuk belajar tergantung pada kondisi fisisk
pasien,tingkat ansietas dan kesiapan mental
2,Individualisasi rencana penyuluhan meningkatkan
pembelajaran
3.Memberi keyakinan dapat memberikan pengaruh positif pada
perubahan prilaku.
|
D. Evaluasi
Diagnosa
|
Evaluasi
|
1. Nyeri berhubungan dengan trauma
jaringan dan refleks spasme otot sekunder terhadap gangguan visceral usus.
|
S :Pasien
mengatakan bahwa nyerinya telah berkurang.
O : Pasien Trauma jaringan dan reflex spasme otot
Q: Tumpul
R: Epigastrum dan punggung
S: 5
T :2-3 jam setelah makan
A : Tujuan tercapai,masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
|
2. Intoleransi aktivitas berhubungan
dengan anemia ditandai dengan kelemahan otot
|
S pasien mengatakan
bahwa dia sudah dapat melakukan aktivitas
sendiri
O : TTV normal, pasien terlihat tidak lemas lagi
A : tujuan tercapai,masalah teratasi
P: Pertahankan
kondisi
|
3. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah
|
S: Pasien mengatakan dia sudah memiliki tenaga
O: BB stabil
A: tujuan tercapai,masalah teratasi
P: Pertahankan kondisi
|
4. Kurang pengetahuan mengenai
pencegahan gejala dan penatalaksanaan kondisi berhubungan dengan informasi
yang tidak adekuat
|
S: Pasien mengatakan sudah mengerti dengan penjelasan yang
diberikan dan tidak merasa cemas lagi.
O: Pasien tampak mengangguk saat diberi penjelasan dan
saat ditanya pasien bisa menjawab
A: Tujuan tercapai, masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
|
DAFTAR PUSTAKA
1. Capenito, Lynda Jall. (1997). Diagnosa
Keperawatan. Jakarta : EGC
2. Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan
: Pedoman untuk Perencanaan dan pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih
bahasa I Made Kariasa. Ed. 3. Jakarta : EGC
3. Price,
Sylvia A dan Lorraine M. Wilson. (1994). Patofisiologi, Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta: Penerbit EGC.
4. Smeltzer
Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC;
2001.
Thanks Dah Pada Mampir
0 komentar:
Posting Komentar