ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DERMATITIS KONTAK
A. KONSEP
DASAR MEDIS
1. PENGERTIAN
Dermatitis
kontak ialah dermatitis karena kontakan eksternal, yang menimbulkan fenomena
sensitisasi (alergik) atau toksin (iritan). (Mansjoer
et.al 2000)
Dermatitis
kontak ( dermatitis venenata ) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsure
– unsure fisik, kimia, atau biologi. Penyakit ini adalah kelainan inflamasi
yang sering bersifat ekzematosoa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap
sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik. Dermatitis kontak adalah
peradangan oleh kontak dengan suatu zat tertentu, ruamnya terbatas pada daerah
tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas.
Dermatitis
kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan
iritan eksternal yang mengenai kulit. Dikenal dua macam jenis dermatitis kontak
yaitu dermatitis kontak iritan yang timbul melalui mekanisme non imunologik dan
dermatitis kontak alergik yang diakibatkan mekanisme imunologik dan dermatitis
kontak alergik yang diakibatkan meka nisme imunologik yang spesifik.
(http://devilsavehuman.blogspot.com/2009/03/askep-klien-dermatitis-alergi.html)
2. ANATOMI FISIOLOGI KULIT
Pembagian kulit secara garis besar :
a. Epidermis
Lapisan
kulit terluar. Sel-sel epidermis terus menerus mengalami mitosis dan diganti
dengan yang baru sekitar 30 hari. Epidermis mengandung reseptor-resepror
sensorik untuk sentuhan, suhu, getaran dan nyeri. Lapisan epidermis terdiri
dari: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum
dan stratum basale.
b. Dermis
Dermis terletak tepat di bawah
epidermis. Jaringan ini dianggap jaringan ikat longgar dan terdiri dari sel-sel
fibroblas yang mengeluarkan protein kolagen dan elastin. Lapisan dermis terdiri
dari pars papelare dan pars retikulare.
c. Lapisan Subkutis
Lapisan subkutis di bawah dermis.
Lapisan ini terdiri dari lemak dan jaringan ikat dan berfungsi sebagai peredam
kejut dan insulamtor panas. Lapisan subkutis adalah tempat penyimpanan kalori.Faal
kulit:
3. ETIOLOGI
Zat – zat yang dapat menyebabkan
dermatitis kontak melalui 2 cara yaitu :
a. Iritasi ( dermatitis iritan )
b. Reaksi alergi ( dermatitis kontak
alergika )
·
Sabun
detergen dan logam – logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa
kali digunakan.
·
Penyebab
dermatitis kontak alergikan Kosmetika : Cat kuku, penghapus cat kuku,
deodorant, pelemban lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya.
·
Senyawa
kimia ( dalam perhiasan ) : nikel Tanaman : Racun IVY ( tanaman merambat )
racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros.
·
Obat
– obat yang terkandung dalam kritim kulit : antibiotic (penisilin,sulfonagnid,neomisin),autihistamin
(defenhidramin )
·
Zat
kimia yang digunakan dalam pengelolaan pakaian.
4. PATOFISIOLOGI
a. Dermatitis
Kontak Iritan
Pada
dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan
iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom,
mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid
keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik
akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system
kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast
yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan
mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil
gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada
dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator-
mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat
tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
1. Iritan kuat akan menimbulkan
kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang,
2. Iritan lemah hanya pada mereka yang
paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya
kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya
kerusakan tersebut.
b. Dermatitis
Kontak Alergi Pada
dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun yang menyebabkan
timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
1) Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase
induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu
yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau
pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian
hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE
(Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier
yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein.
Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
2) Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen
terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah
tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen des. Sel Langerhans akan
mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya
IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang
keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang
langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid.
Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya
timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang
akan tampak sebagai dermatitis.
5. MANIFESTASI KLINIK
Gejala dermatitis kontak mencakup
keluhan :
a. Gatal – gatal
b. Rasa terbakar
c. Lesi kulit ( vesikel )
d. Edema yang diikuti oleh pengeluaran
secret
e. Pembentukan krusta serta akhirnya
mongering dan mengelupas kulit.
Reaksi yang berulang – ulang dapat
disertai penebalan kulit dan perubahan pigmentasi. Invasi sekunder oleh bakteri
dapat terjadi pada kulit yang mengalami ekskoriasis karena digosok atau
digaruk. Biasanya tidak terdapat gejala sistemik kecuali jika erupsinya
tersebar luas.
6. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
untuk menegakkan diagnosis gangguan integument yaitu :
a. Biopsi
kulit
Biopsi kulit adalah pemeriksaan
dengan cara mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi.
b. Biopsi kulit digunakan untuk
menentukan apakah ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan
jamur.
c. Uji kultur
dan sensitivitas
Uji ini perlu dilakukan untuk
mengetahui adanya virus, bakteri, dan jamur pada kulit. Kegunaan lain adalah
untuk mengetahui apakah mikroorganisme tersebut resisten pada obat – obat
tertentu. Cara pengambilan bahan untuk uji kultur adalah dengan mengambil
eksudat pada lesi kulit.
d. Pemeriksaan
dengan menggunakan pencahayaan khusus
Pemeriksaan kulit perlu
mempersiapkam pencahayaan khusus sesuai kasus. Factor pencahayaan memegang
peranan penting.
e. Uji temple
Uji ini dilakukan pada klien yang
diduga menderita alergi.Untuk mengetahui apakah lesi tersebut ada kaitannya
dengan factor imunologis. Untuk mengidentifikasi respon alergi Uji ini
menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada kulit, selanjutnya dilihat
bagaimana reaksi local yang ditimbulkan. Apabila ditemukan kelainan pada kulit,
maka hasil nya positif.
7. PENCEGAHAN
Pencegahan dermatitis kontak berarti
menghindari berkontak dengan bahan yang telah disebutkan di atas. Strategi
pencegahan meliputi:
a. Bersihkan kulit yang terkena bahan
iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan secepatnya, dapat menghilangkan
banyak iritan dan alergen dari kulit.
b. Gunakan sarung tangan saat
mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk menghindari kontak dengan bahan
pembersih.
c. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian
pelindung atau sarung tangan untuk menghindari kontak dengan bahan alergen atau
iritan.
8. PENATALAKSANAAN
Tujuan
penatalaksanaan adalah untuk Mengistirahatkan kulit yang sakit dan melindunginya
terhadap kerusakan lebih lanjut. Riwayat sakit yang rinci harus dianamnesia.
Kemudian iritan yang menyebabkan didentifikasi dan dihilangkan, iritasi local
harus dihindari, dan pemakaian sabun umumnya tidak dilakukan sebelum terjadi
kesembuhan banyak preparat dianjurkan penggunaannya untuk meredakan dermatitis.
Umumya lotion yang netral dan tidak mengandung
obat dapat dioleskan pada bercak – bercak eritema ( inflamasi kulit ) yang
kecil. Kompres yang sejuk dan basah juga dapat dilakukan pada daerah dermatitis
vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang ditambahkan pada air kompres
kerapkali memberikan efek antipruritus. Kompres basah biasanya membantu
membersihkan lesi eozema yang mengeluarkan secret. Kemudian preparat krim atau
salep yang mengandungsalah satu jenis kostikoateroid dioleskan tipis – tipis.
Mandi dengan larutan yang mengandung obat dapat diresepkan, untuk dermatitis
dengan daerah – daerah lesi yang lebih luas. Pada dermatitis yang menyebar
luas, pemberian kortokosteroid jangka pendek dapat diprogramkan.
B. KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Aktivitas / Istirahat
Tanda : Penurunan kekuatan, tahanan
Perubahan tonus
b. Sirkulasi
Tanda : pembentukan edema jaringan
c. Integritas Ego
Gejala : Pekerjaan, masalah tentang
keluarga
Tanda : ansietas, menarik diri
d. Eliminasi
Tanda : Diuresis ( setelah kebocoran
kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi )
e. Makanan / Cairan
Tanda : edema jaringan umum
f. Neurosensori
Tanda : perubahan orientasi,
perilaku
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala : nyeri pada kulit
h. Pernapasan
Gejala : terkurung dalam ruang
tertutup, terpajan lama
i.
Keamanan
Tanda : adanya destruksi jaringan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
2. Nyeri yang berhubungan dengan lesi kulit
3. perubahan pola tidur yang
berhubungan dengan pruritus
4. Perubahan citra tubuh yang
berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan
kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan
lesi, bercak – bercak merah pada kuliT
3. INTERVENSI
1. Kerusakan integritas kulit yang
berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit
Hasil yang
diharapkan :
·
Mempertahankan
integritas kulit
·
Tidak
ada laserasi
·
Tidak
ada tanda – tanda cedera termal
·
Tidak
ada infeksi
·
Memberikan
obat topical yang diprogramkan
·
Menggunakan
obat yang diresepkan sesuai jadwal.
Intervensi
a. pantau keadaan kulit pasien
Rasional: Mengetahui kondisi kulit untuk dilakukan
pilihan intervensi yang tepat
b. Jaga dengan cermat terhadap resiko
terjadinya cedera termal akibat penggunaan kompres hangat dengan suhu yang
terlalu tinggi dan akibat cidera panas yang tidak terasa ( bantalan pemanasan,
radiator )
Rasional:
Penderita dermatosis dapat mengalami penurunan sensitivitas terhadap panas.
c. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian obat anti histamine dan salep kulit
Rasional:
- Banyak masalah kosmetika pada hakekatnya semua kelainan malignitas kulit
dapat dikaitkan dengan kerusakan kulit kronik.
- Penggunaan anti histamine dapat
mengurangi respon gatal serta mempercepat proses pemulihan
2. Nyeri dan yang berhubungan dengan
lesi kulit
Hasil yang
diharapkan :
·
Mencapai
peredaan gangguan rasa
·
Mengutarakan
dengan kata – kata bahwa gatal telah reda
·
Memperlihatkan
tidak adanya gejala ekskoriasi kulit karena garukan
·
Mematuhi
terapi yang diprogramkan
·
Pertahankan
keadekuatan hidrasi dan lubrikasi kulit.
·
Menunjukkan
kulit utuh ; kulit menunjukkan, kemajuan dalam penampilan yang sehat.
Intervensi
a. Periksa daerah yang terlibat
Rasional:
- Pemahaman tentang luas dan karakteristik kulit meliputi bantuan dalam
menyusun rencana intervensi.
- Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat
untuk memberikan kenyamanan
b. Upaya untuk menemukan penyebab
gangguan rasa nyaman
Rasional : Deskripsi yang akurat
tentang erupsi kulit diperlukan untuk diagnosisi dan pengobatan. Banyak kondisi
kulit tampak serupa tetapi mempunyai etiologi yang berbeda. Respons inflamasi
kutan mungkin mati pada pasien lansia.
c. Gunakan sabun ringan ( Dove ) atau sabun
yang dibuat untuk kulit sensitive ( Neutrogena, Avveno ).
Rasional : Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi
kulit.
3.
perubahan
pola tidur yang berhubungan dengan pruritus
Hasil yang
diharapkan :
·
Mencapai
tidur yang nyenyak
·
Melaporkan
peredaan rasa gatal
·
Mempertahankan
kondisi lingkungan yang tepat
·
Menghindari
konsumsi kafein pada sore gari dan menjelang tidur pada malam hari.
·
Mengenali
tindakan untuk mneingkatkan tidur.
·
Mengalami
pola tidur / istirahat yang memuaskan.
Intervensi
a. Bantu pasien melakukan gerak badan
secara teratur
Rasional
: Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan
pada sore hari.
b. jaga kamar tidur agar tetap memiliki
ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional
: Udara yang kering membuat kulit terasa gatal. Lingkungan yang nyaman
meningkatkan relaksasi.
c. Cegah dan obati kulit yang kering
Rasional
: Tindakan ini mencegah kehilangan air.
Kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat
4. Perubahan citra tubuh yang
berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
Hasil yang
diharapkan :
·
Mengembangkan
peningkatan kemauan untuk menerima keadaan diri.
·
Mengikuti
dan turut berpatisipasi dalam tindakan perawatan – mandiri.
·
Melaporkan
perasaan dalam penegndalian situasi.
·
Menguatkan
kembali dukungan positif dari diri sendiri.
·
Mengutarakan
perhatian terhadap diri sendiri yang lebih sehat.
·
Tampak
tidak begitu memperhatikan kondisi.menggunakan teknik menyembunyikan kekurangan
dan menekankan teknik untuk meningkatkan penampilan
Intervensi
a. Kaji adanya gangguan pada citra diri
pasien ( menghindari kontak mata, ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekpresi
keadaan muak terhadap kondisi kulitnya ).
Rasional
: Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak
nyata bagi pasien. Kesan sesorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh
pada konsep diri.
b. Berikan kesempatan untuk
pengungkapan. Dengarkan
(dengan cara yang terbuka, tidak menghakimi )
untuk mengekspresikan berduka / ansietas tentang perubahan citra tubuh.
Rasional
: Tindakan ini memberikan kesempatan pada petugas kesehatan untuk menetralkan
kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi. Ketakutan
merupakan unsure yang merusak adaptasi pasien.
c. dorong sosialisasi dengan orang
lain
Rasional : Meningkatkan penerimaan diri dan
sosialisasi.
5. Kurang pengetahuan tentang perawatan
kulit dan cara – cara menangani kelainan kulit.
Hasil yang
diharapkan :
·Memiliki pemahaman terhadap
perawatan diri
·Mengikuti terapi seperti yang
diprogramkan dan dapat mengungkapkan rasional tindakan yang dilakukan.
·Menjalankan mandi, pencucian, dan
balutan basah sesuai yang diprogramkan.
·Gunakan obat topical dengan tepat
·Memahami pentingnya nutrisi unutk
kesehatan kulit
Intervensi
a. Tentukan apakah pasien mnegetahui (
memahami dan salah mengerti ) tentang kondisi dirinya.
Rasional:
Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.
b. Jaga agar pasien mendapatkan
informasi yang benar ; memperbaiki kesalahan konsepsi / informasi
Rasional: Memungkinkan pasien memperoleh kesempatan
untuk menunjukkan cara yang tepat unutk melakukan terapi.
c. Peragakan penerapan terapi yang
diprogramkan ( kompres basah ; obat topical )
Rasional: Stratum korneum memerlukan
air agar fleksibilitas kulit tetap terjaga. Pengolesan krim atau lotion untuk
melembabkan kulit akan memcegah agar kulit tidak menjadi kering, kasar, retak,
dan bersisik.
d. Berikan nasihat kepada pasien untuk
menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi dan
pengolesan krim serta lotion kulit.
Rasional : Penampakan kulit
mencerminkan kesehatan umum seseorang. Perubahan pada kulit dapat menandakan
status nutrisi yang abnormal.
6. Resiko infeksi berhubungan dengan
lesi, bercak – bercak merah pada kulit
Hasil yang
diharapkan :
·Tetap bebas dari infeksi
·Mengungkapakn tindakan perawatan
kulit yang mneingktakan kebersihan dan mencegah kerusakan.
·Mengidentifikasi tanda dan gejala
infeksi untuk dilaporkan
·Mengidentifikasi efek merugikan dari
obat yang harus dilaporkan ke petugas perawatan kesehatan
·Berpartisipasi dalam tindakan
perawatan kulit ( mis : penggantian balutan, mandi )
Intervensi
a. Miliki indeksi kecurigaan yang
tinggi terhadap suatu infeksi pada pasien yang system kekebalannya teganggu.
Rasional:
Setiap keadaan yang mneggangu status imun akan memperbesar resiko terjadinya
infeksi kulit.
- Berikan petunjuk yang jelas dan rinci kepada pasien mengenai program terapi
Rasional: Pendidikan pasien yang
efektif bergantung pada ketrampilan – ketrampilan interpersonal professional
kesehatan dan pada pemberian instruksi yang jelas yang diperkuat dengan
instruksi tertulis.
- Laksanakan pemakaian kompres basah seperti yang diprogramkan untuk mengurangi intensitas inflamasi
Rasional: Kompres basah akan
menghasilkan pendinginan lewat pengisatan yang menimbulkan vasokontriksi pembuluh
drah kulit dan dengan demikian mengurangi eritema serta produksi serum.
4. EVALUASI
a. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit
b. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi
c. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai
program
d. Menggunakan obat topikal dengan baik
e. Memahami pentingnya nutrisi untuk kesehatan kulit
DAFTAR
PUSTAKA
http://akperppni.ac.id/sistem-integumen-kulit/askep-dermatitis-
http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/07/askep-dermatitis.html
http://utamiderlauw.wordpress.com/2010/06/08/asuhan-keperawatan-dermatitis-kontak/
Thanks Dah Pada Mampir
1 komentar:
makasih ya postingnya..tambah ilmu n jg bantu buat ngrjain tugas...
Posting Komentar